Berapa banyak di antara kita yang berasumsi bahwa ketika membangun sebuah bisnis, itu berarti secara otomatis membangun sebuah brand? Nope, ternyata brand tak akan tercipta tanpa stimulan.
Stimulannya adalah branding.
Brand akan tercipta ketika anda sudah melakukan branding, dimana brand ini adalah berupa persepsi dari sudut pandang customer.
Marty Neumeier, penulis The Brand Gap, mendefinisikan branding sebagai berikut: “…a person’s gut feeling about a product, service, or company. When enough individuals arrive at the same gut feeling, a company can be said to have a brand.”
Menurutnya, brand adalah suatu perasaan/kesan yang muncul tentang produk/jasa.
Ketika banyak orang punya perasaan/kesan yang sama, baru bisnis tersebut dikatakan punya brand, alias punya nilai, punya persepsi tertentu di mata customernya.
Sama halnya dengan versi Pak Bi, branding itu ibarat melempar sebuah bola, dan pantulannya diibaratkan sebagai brand yang dihasilkan.
Tanpa lemparan bola, mustahil ada pantulan.
Tanpa branding, mustahil tercipta brand.
Nah, terciptanya brand yang kuat ini akan membentuk experience positif di mata customer, yang berarti mendatangkan penjualan dan profit buat bisnis anda.
Paham atau bingung? Kalo masih bingung, kamu berarti mesti follow pakar sekaligus praktisinya langsung di akun Instagram @subiakto.
Ada banyak cerita yang beliau bagikan disana, yang bisa memberikan banyak pencerahan atas bisnis anda.
Percayalah saya pun bisa begini karena beliau.