HARGA MELONJAK, BUNGA MENINGKAT

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75%. Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loadedpre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada awal 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global (Sumber: https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/Laporan-Kebijakan-Moneter-Triwulan-III-2022.aspx)

BI7DRR merupakan instrumen operasi moneter Bank Indonesia untuk memperkuat efektivitas kebijakan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan.  BI7DRR merupakan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan Bank Indonesia berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, menggantikan BI Rate.  BI7DRR sebagai suku bunga acuan diharapkan secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.

Bank Indonesia menerapkan BI7DRR berdasarkan perspektif pre-emptive dan forward looking (kebijakan berupa langkah antisipatif). Misalnya, saat pandemi Covid-19 mulai muncul Januari 2020, Bank Indonesia merespon dengan dengan menurunkan suku bunga BI pada Pebruari 2020 dari 5% menjadi 4.75%. Kemudian, secara bertahap Bank Indonesia menurunkan suku hingga mencapai 3,5% selama pandemi Covid-19 untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Bank Indonesia melakukan langkah yang sama untuk mengantisipasi melambatnya pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 seiring dengan ketegangan geopolitik, tekanan inflasi  global  dan belum pulihnya rantai pasokan. Selain itu, Bank Indonesia juga merespon langkah bank sentral di berbagai negara yang menempuh kebijakan moneter yang lebih agresif. Misalnya, FED (Bank Sentral Amerika Serikat) menaikkan Fed Funds Rate yang mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan atau depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Selain itu, kenaikan Fed Funds Rate dapat memicu terjadinya  capital outflow dari semua emerging market termasuk Indonesia seperti yang terjadi di tahun 2013. Oleh sebab itu, Bank Indonesia sejak Agustus 2022 mulai menaikkan BI7DRR dan diperkirakan secara bertahap akan meningkat seiring dengan tekanan inflasi dan kebijakan FED yang berencana menaikkan  Fed Funds Rate  untuk mengatasi inflasi di Amerika Serikat.

Kondisi ini semakin memperberat pelaku usaha. Selain harus menyesuaikan biaya operasional dengan naikknya harga bahan baku akibat kenaikan BBM, pelaku usaha harus bersiap menghadapi kenaikan bunga pinjaman. Selain itu, naiknya harga barang dan meningkatknya suku bunga menyebabkan daya beli konsumen menurun. Pada situasi seperti ini, pak Bi mengingatkan tentang  WEI-JI yang merupakan singkatan dari Wei Jiang dan Ji Hui. Wei Jiang artinya bencana, Ji Hui artinya peluang. WEI-JI berarti “Setelah Bencana Datanglah Peluang”

Sumber: @subiakto

Bagi pelaku usaha yang ingin bertahan di masa daya beli konsumen menurun , silahkan  mengikuti serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption”

 

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.

 

Penulis: JF Sebayang

@jfsebayang