HUTANG

KALI INI SAYA MAU NGEBAHAS HUTANG.

 

Sepanjang pengalaman saya 51 tahun berbisnis dimana 40 tahun memimpin perusahaan sendiri, saya mengenal 2 macam hutang.

 

1. HUTANG PRIBADI

 

Ini hutang yang terjadi karena kekurangan dana sehingga meminjam pada seseorang.

 

Seingat saya ini terjadi pada thn 1976 ketika sesudah resign dari PT Guru saya kehabisan uang buat beli bensin.

 

Saya mampir kekantor ayah saya pinjam uang 100.000 buat beli bensin.

 

2. HUTANG USAHA

 

Begitu punya usaha sendiri saya mengenal jenis hutang bisnis.

 

Hutang disini terjadi bukan karena saya kekurangan modal usaha tetapi dikasih ‘tempo’ bayar ‘mundur’ 45 hari dari media massa seperti Stasiun TV, penerbit Koran maupun majalah serta vendor production dan post production.

 

Disini saya tanpa minta langsung punya ‘hutang’ yang harus dibayar 45 hari kemudian.

 

Ini merupakan waktu yang diberikan untuk memproses tagihan administrasi ke clients.

 

Kalau saya bayar cash begitu terima invoice saya mendapat Cash Discout sekitar 10% yang gak jelas itu hak saya atau dikembalikan ke clients.

 

Kalau jumlah order dalam setahun lewat dari quota saya dapat lagi tambahan berupa volume diskon yang besarnya bervariasi.

 

Yang lucu adalah hutang ke vendor. Ketika mau saya bayar lunas, karena saya gak mau punya hutang, vendor saya malah ‘menolak’ karena curiga bila dilunasin lalu saya bakalan pindah vendor.

 

Nah karena instalasi bisnisnya seperti itu maka saya gak bisa lepas dari hutang.

 

Malah puncaknya di tahun 2010 ‘hutang’ saya mencapai 51 Milyar.

 

Bagaimana pengalaman ‘hutang’ anda karena karakter industri bisnisnya?

 

@subiakto