Setiap pelaku usaha harus memiliki keunggulan kompetitif agar mampu memenangkan persaingan di era hyper-competition. Michael Porter menyebutkan ada tiga strategi umum yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengembangkan strategi keunggulan kompetitif, yakni : cost leadership, differentiation, dan focus.
Pendekatan strategi focus cocok bagi pelaku usaha yang berorientasi pada segmentasi pasar. Strategi fokus menitikberatkan agar pelaku usaha berkonsentrasi pada niche market yang tidak dilayani pesaing sehingga mereka dapat menjual produk premium dengan harga tinggi dengan kualitas tinggi kepada sejumlah kecil pelanggan. Dengan demikian pelaku usaha akan memperoleh profit yang lebih tinggi dibanding pesaing.
Segmentasi pasar merupakan strategi untuk mengidentifikasi kebutuhan dan pembeli sehingga dapat melayani segmen yang sesuai dengan kemampuannya dan merancang program pemasaran yang relevan dengan pilihan segmen tersebut (Porter, 1985). Dalam Manajemen Pemasaran dikenal empat jenis segmentasi pasar, yakni demografis, geografis, psikografis dan perilaku.
Roger Martin (2022) melihat penerapan segmentasi seringkali menggunakan pola pikir deterministik (sesuatu yang pasti terjadi). Saat pelaku usaha menetapkan segmen tertentu, maka konsumen yang berada pada segmen tersebut akan membeli produk yang ditawarkan dan konsumen yang berada di luar segmen dianggap tidak akan membeli produk. Padahal dalam kehidupan nyata, perilaku konsumen tidak deterministik; tapi probabilistik (Martin, 2022). Konsumen bisa saja mencoba sebuah produk hari ini, karena mendapat rekomendasi dari teman. Pilihan terhadap sebuah produk kadang bukan karena kebutuhan, tapi sekedar ingin tahu untuk mencoba.
Lebih lanjut Soman dan Kwan (2022) mengungkapkan kemajuan dalam pemahaman kita tentang perilaku manusia dan teknologi mendorong kita untuk memperbaharui pemahaman tentang segmentasi. Perilaku manusia berubah sesuai dengan waktu dan konteks tertentu sehingga tidak masuk akal untuk menempatkan orang ke segmen tertentu yang tidak mempertimbangkan waktu dan konteks (Soman dan Kwan, 2022).
Misalnya, pada segmentasi tradisional (demografis atau geografis) hanya melihat segmen secara statis berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan wilayah dan tidak mempertimbangkan perilaku konsumen yang bisa berubah karena pengaruh waktu dan situasi (Soman dan Kwan, 2022).
Oleh sebab itu, Pak Bi di berbagai kesempatan menyampaikan perbedaan Marketing dan Branding. Marketing menyasar calon pembeli berdasarkan tempat tinggal dan status calon pembeli berbasis usia gender, pendidikan dan penghasilan. Sedangkan Branding menyasar SEMUA ORANG (tidak hanya calon pembeli) yang memiliki perilaku, kebiasaan, bahkan ritual harian mereka. Pak Bi menyebutkan dengan merancang Target Behavior, anda membuat konsumen menginginkan produk anda.
Bagi pelaku usaha yang tertarik merancang SEGMENTASI berbasis perilaku, kebiasaan, bahkan ritual harian konsumen, segera mendaftar di Workshop Magnet Branding (Online) yang akan diselenggarakan pada tanggal 18-20 Agustus 2022
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.
Penulis: @jfsebayang