Omnichannel Marketing, Perlukah?

Brand-brand yang tengah berkembang mungkin sudah paham bahwa mereka harus eksis di berbagai platform, misalnya di media sosial, website, marketplace, dan lain sebagainya, untuk membangun digital presence yang kuat.

 

The answer is omnichannel.

 

Omnichannel ini hadir untuk mensinkronisasi konten, penawaran, dan pesan di setiap kanal tersebut berdasarkan user’s previous tracked interaction dengan suatu brand, mulai dari email, sosial media ads, dan sebagainya dalam rangka memberikan personal experience yang lebih kuat.

 

Hal ini jadi sebuah metode untuk mengintegrasi media marketing dan sales dalam satu sistem tanpa harus masuk ke platformnya satu-persatu.

 

Lantas, se-efektif apa omnichannel ini dalam mendulang “cuan” untuk bisnis Anda?

 

Menurut Forbes, perusahaan dengan engagement omnichannel yang tinggi bisa menaikkan pendapatan rata-rata 9,5% per tahun, sementara yang tidak memanfaatkan omnichannel hanya 3,4%.

 

Proses penjualan akan lebih efektif, karena proses yang dilakukan di omnichannel akan menarik semua data dari marketplace yang diintegrasikan.

 

Berarti sampai disini kita bicara soal apa? Yes, tentang smart data gathering. Ini yang membuat brand Anda akan lebih engaged lagi dengan audiens Anda.

 

Apa contoh yang paling bisa dipahami?

STARBUCKS.

 

Starbucks memakai strategi omnichannel dalam hal reward system. Mereka memberikan reward card yang bisa digunakan untuk dapat diskon di outlet Starbucks dimana saja.

 

Tidak sampai disitu, melalui sebuah aplikasi, reward tersebut bisa Anda cek via ponsel, website, atau langsung di outlet. Semua history dan penggunaannya akan langsung tersinkronisasi di semua kanal Starbucks.

 

Poin terpenting adalah pelanggan SANGAT dimudahkan dan dimanjakan. Apapun yang bisa membuat pelanggan Anda puas dan senang dengan brand, eksekusi dan improvisasi.

Penulis : Nungki Mayangwangi
Editor    : Budi Pranoto