Procter & Gamble yang merupakan produsen fast-moving consumer goods pertama kali menerapkan manajemen brand dengan pendekatan manajemen produk. Oleh sebab itu, konsep dasar yang digunakan, yakni bauran pemasaran yang tepat akan menghasilkan penjualan yang optimal (Heding, Knudtzen and Bjerre, 2020).
Konsep Marketing Mix pertama kali diperkenalkan Neil Borden (1964) dengan menyatakan ada dua belas faktor yang harus diperhatikan manajemen ketika merencanakan dan menerapkan strategi pemasaran, yaitu (1) Product Planning, (2) Pricing, (3) Branding, (4) Channels of Distribution, (5) Personal Selling, (6) Advertising, (7) Promotions, (8) Packaging, (9) Display, (10) Servicing, (11) Physical Handling dan (12) Fact Finding and Analysis.’
Lebih lanjut, E. Jerome McCarthy mempersempit kerangka kerja Borden menjadi kerangka 4P yang kita kenal sekarang dengan Product, Place, Price dan Promotion. Konsep 4P inilah yang banyak dimuat dalam buku pemasaran dan menjadi praktik pemasaran sehari-hari dan kemudian diajarkan di institusi pendidikan di bidang pemasaran dan manajemen brand (Heding, Knudtzen and Bjerre, 2020)
Pendekatan marketing mix ini menggunakan asumsi bahwa perusahaan dapat mengendalikan dam mengelola Brand. Jika perusahaan menerapkan bauran pemasaran yang tepat, maka Brand tersebut akan berhasil dan kuat. Pendekatan ini beranggapan konsumen sebagai penerima pesan yang pasif dan menilai pesan secara rasional (Heding, Knudtzen and Bjerre, 2020).
Namun, perkembangan teknologi informasi dan media sosial telah memberdayakan konsumen, dan mengubah peran konsumen dari penerima informasi yang pasif menjadi pencipta informasi yang aktif (Stewart dan Pavlou, 2002). Oleh sebab itu, pelaku usaha harus mampu memahami perubahan perilaku konsumen sehingga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan media sosial.
Saat ini konsumen mengambil bagian dalam berbagai aktivitas mulai dari mengonsumsi konten, berpartisipasi dalam diskusi, dan berbagi pengetahuan dengan konsumen lain hingga berkontribusi membuat konten. Perilaku konsumen aktif ini mengubah arena pemasaran (Berthon et al., 2008). Bahkan, “Product Reviews” merupakan user generated content menjadi konten yang paling memiliki pengaruh yang besar terhadap pemasaran (Hayes, 2015).
Oleh sebab itu, pak Bi, menyampaikan sudah saatnya beralih dari pendekatan 4P (Product, Price, Place, Promotion) ke 4E (Evangelist, Engagement, Everywhere, Excitement) agar relevan dengan perkembangan era media sosial terkini
Mau tahu lebih lengkap perbedaan pendekatan antara 4P dan 4E ?
Segera daftarkan diri Anda sekarang juga di Workshop “Branding Marketing Selling” yang diselenggarakan 14-15 Oktober 2022,
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto.Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.
Penulis: JF Sebayang