“Syarikat Islam ; disingkat SI, itu dulunya bernama Sarekat Dagang Islam ; disingkat SDI didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi. SDI merupakan organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia.
Pada awalnya Organisasi yang dibentuk oleh Haji Samanhudi dan kawan-kawan ini merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang politik Belanda memberi keleluasaan masuknya pedagang asing untuk menguasai ekonomi rakyat pada masa itu.
Namun pada tahun 1912 karena situasi politik dan sosial pada masa itu, SDI mengubah yuridiksi lebih luas dari ekonomi dan social, menjadi politik dan Agama, yang kemudian mendapatkan pengakuan dan disahkan oleh Pemerintah Belanda.
Selanjutnya karena perkembangan politik dan sosial SDI bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan, yang beberapa kali ganti nama dan akhirnya menjadi Syarikat Islam, disingkat SI dan tetap bertahan hingga sekarang.
Karena terlalu lama Syarikat Islam meninggalkan jadi dirinya sebagai pelaku ekonomi dan social, maka kita menemukan kondisi saat ini dimana 1% penduduk Indonesia menguasai 70% asset bangsa. Ini tidak bisa dibiarkan.
Misi saya selaku Ketua Umum adalah mengembalikan Syarikat Islam ke DNA aslinya yakni DAGANG. Kalau jaman dulu dagang itu jual beli barang di pasar, maka saat ini dagang itu adalah BRAND. BRAND memegang peranan penting dalam perdagangan modern khususnya berdagang melalui internet.
Karena itu saya menyambut baik deselenggarakannya Worshop Bisa-Bikin-Brand yang di selenggarakan oleh pak Bi ini dan saya sudah terdaftar di Workshop Bisa-Bikin-Brand #10 Sabtu nanti dan siap belajar seluk beluk membangun BRAND.”
Itulah brief yang singkat namun sangat solid menjelaskan Visi dan Misi dari Syarikat Islam dibawah kepemimpinan Prof Hamdan Zoelva