Saat ini banyak postingan yang menawarkan layanan “iklan digital” ataupun “influencer marketing”. Beberapa teman bertanya, mana yang paling cocok untuk usaha saya: “beriklan” atau “gunakan influencer”.
Dari sisi teori difusi inovasi, baik beriklan maupun influencer (Word of Mouth) memiliki pengaruh terhadap adopsi produk baru. Bass, dkk (1990) menyebutkan saluran media massa dan iklan merupakan sarana yang paling cepat dan efisien untuk menginformasikan kepada audiens tentang keberadaan produk baru. Sedangkan, jaringan peer-to-peer dan word of mouth merupakan saluran paling efektif untuk membujuk dan meyakinkan orang untuk menerima sesuatu yang baru (ide maupun produk).
Model Diffusi Bass memberi kita pilihan strategi komunikasi yang akan digunakan, jika hanya untuk memberi informasi (produk knowledge), maka iklan menjadi pilihan yang tepat. Sedangkan, kalau untuk menyakinkan atau merekomendasikan untuk membeli produk, maka pendekatan influencer (word of mouth) menjadi pilihan pas.
Namun, Pak Bi mengingatkan saat menggunakan influencer untuk mempromosikan produk Brand mereka, kita harus memastikan influencer yang dipilih mampu meningkatkan TRUST pada produk Brand tersebut. Cara menentukan influencer yang tepat dapat menggunakan “influencer canvas” yang dikembangkan pak Bi di tahun 1976 dan ternyata masih relevan sampai saat ini.
Tertarik dengan “Influencer Canvas”?
Yuk, gabung ddi Workshop Offline Eksklusif “Bisa Bikin Brand” tanggal 19-20 September 2022.
#ReBrandingIndonesia #IndonesiaSpicingTheWorld #IndonesiaMembumbuiDunia #BisaBikinBrand #MedanBisaBikinBrand #hawkerprenuer #streetfoodprenuer #MieSopRempah #MieSopRempahHaniya #GastronomyTourism #CulinaryTourism #SCopywriting #SPowerCopywriting #TipsCopywriting #BelajarCopywriting #workshopCopywriting #microblog #microblogging #microblogindonesia #EasyCopywriting #MagnetBranding #ContentCreation #valuecreation