Iklan, Bentuk Branding Efektif yang Tak Mengubah Kualitas Produk

Iklan, Bentuk Branding Efektif yang Tak Mengubah Kualitas Produk

Iklan selama ini merupakan alat untuk menyampaikan pesan yang difungsikan untuk mengajak dan mendorong audiens agar tertarik pada produk atau jasa yang ditawarkan.

 

Iklan biasanya tak melulu berisi tentang tetek-bengek soal produk, tapi juga mengandung konten seperti informasi edukatif, campaign tentang isu yang sedang hangat, atau ajakan kepada masyarakat untuk melakukan suatu aksi.

 

Media yang digunakan adalah audio (radio), visual (print-ads, majalah, koran), atau audio visual (Televisi, Youtube, Vimeo, Tiktok, dsb).

 

Sejauh apa peran iklan untuk brand Anda?

 

Marketer saat ini selalu menjalankan effort semaksimal mungkin untuk mempertahankan konsumennya dengan memanfaatkan promosi sebagai solusi.

 

Salah satu yang masih dianggap paling efektif adalah iklan, karena dapat meraih konsumen dalam jumlah besar yang tersebar secara geografis serta memiliki pesan jangka panjang yang dapat memicu penjualan yang cepat.

 

Iklan yang memiliki daya tarik yang kuat akan menciptakan iklan yang efektif untuk membuat sikap positif di dalam benak konsumen.

 

Jadi, dalam konteks ini, iklan bukan sebagai indikator kualitas produk, namun bisa memperluas jangkauan terhadap konsumen, dan membantu memberi citra yang baik atas brand yang bersangkutan.

 

Citra, bukan kualitas.

 

Pertama, Good advertising does NOT change a BAD product into GOOD product.” Sebagus apapun iklan Anda tak akan bisa mengubah kualitas produk yang buruk menjadi bagus.

 

Kembali ke konteks bahwa iklan tidak bisa mengindikasikan dan menjamin bagus-buruknya kualitas produk.

 

Kualitas produk Anda yang tidak bagus, tidak bisa diubah menjadi lebih baik dengan iklan.

 

Kualitas produk ditentukan oleh sisi internal produk, yakni berupa performance, durability, conformance to specifications, features, reliability, aesthetics, dan perceived quality. BUKAN dengan iklan.

 

Ketika aspek-aspek tersebut terpenuhi, maka produk Anda dinilai punya kualitas bagus. Kalaupun belum bagus, perbaiki sisi internalnya hingga bagus. Itu kuncinya. Bukan ditentukan dari iklan.

 

Kedua, iklan yang tidak bagus justru bisa mengubah produk bagus menjadi produk jelek. Disinilah Anda mesti berhati-hati dalam membuat iklan, khususnya brand advertising. Ini menyangkut brand, menyangkut persepsi.

 

Konten iklan yang buruk bisa mengubah persepsi audiens tentang produk Anda. Terlebih lagi branding bukan hanya iklan, tapi menyangkut logo, merek, kemasan, service, tampilan tempat usaha, perilaku crew, dan sebagainya. Jika aspek-aspek tersebut tidak bagus, maka persepsi terhadap produk tidak akan bagus juga.

 

Ketiga, ketiga menyangkut TASTE atau selera, problemnya akan semakin kompleks. Dalam hal ini diperlukan keterlibatan kreativitas tingkat tinggi antara kedua belah pihak, yakni klien dan agency.

 

Kreativitas ini akan berbicara soal taste. Dalam membuat iklan yang bagus, klien dan agency idealnya memiliki taste yang tinggi pula.

 

Ketika keduanya punya taste yang mumpuni di-mix dengan kreativitas tinggi, maka akan menghasilkan produksi iklan yang ‘keren’, dan menciptakan persepsi yang bagus akan produk yang bersangkutan.

 

Keduanya mesti bersinergis membangun suatu karya yang bagus, suatu karya yang bernilai tinggi dibangun dari selera yang tinggi.

 

Begitu pula jika sebaliknya, jika taste jelek, maka iklan pun jelek, produk tidak dianggap bagus, reputasi akan hancur.

 

Anda pilih mana?

 

Membuat sebuah iklan memang sebaiknya tidak setengah-setengah, karena ini kunci menentukan persepsi yang bagus.

 

Ingat, iklan tidak bisa menaikkan kualitas produk, tapi iklan bisa memperburuk persepsi produk.

 

Lebih jauh soal brand advertising, Anda sebaiknya belajar langsung dari pakarnya, siapa lagi kalau bukan Pak Bi. Jam terbangnya yang sudah setengah abad telah melahirkan banyak brand sukses, dari consumer goods bahkan hingga presiden.

 

Karya-karya brand advertising beliau bisa disaksikan di channel YouTube : Subiakto Official.

Penulis : Nungki Mayangwangi
Editor    : Budi Pranoto