Packaging as a ‘Silent Salesman’

traditional_packaging_japan4

Pemasar profesional menerapkan istilah ‘The silent salesman’ untuk kemasan, yang sekaligus display, point-of-sales atau promosi produk yang dirancang untuk meningkatkan penjualan. Ini akan sangat berguna untuk usaha kecil yang memiliki sedikit tenaga penjualan dilapangan. ‘The-Silent-Salesman’ juga membantu menginformasikan kepada pelanggan tentang program2 promosi seperti Diskon, hadiah dan bonus khusus.

Dijaman sekarang sudah lazim kemasan sebuah produk dipajang di rak Mini Market bersama-sama dengan produk saingan dalam kelompok produk yang berada dalam satu kategori. Kategori makanan ringan, kategori minuman, kategori jamu dll. Masing-masing produk bersaing keras untuk menarik perhatian dan merayu konsumen untuk memilih produk mereka.

Bagaimana menciptakan ‘Salesman Diam’ tersebut ?

  1. BEFORE OR AFTER TRANSACTION :

Menjual produk intinya merayu calon konsumen untuk membeli produk dan mengingat mereknya.

Ada 2 jenis produk yang membutuhkan kemasan yang berbeda. Jenis pertama adlah produk2 yang dikemas lalu dipajang untuk menarik minat calon konsumen sebelum transaksi. Misalnya kemasan produk2 yang sudah dimanufaktur. Jenis kedua adalah produk yang produknya baru dikemas setelah terjadi transaksi. Biasanya terjadi pada makanan dan minuman. Dari gudeg Yu Djum sampai Starbuck. Dari Sate ayam sampai restoran Padang Sederhana.

Sebagai ‘The Silent Salesman’ kemasan bisa membangun ikatan emosi dengan konsumen lewat koneksi psikologis. Kemasan yang yang bisa menampilkan Jati diri dari konsumennya adalah kemasan yang menjadi bagian dari BRANDING produk atau tokonya.

  1. ARENA PERSAINGAN

Lihatlah packaging pesaing Anda. Bagaimana Anda bisa mengungguli kemasan mereka? Bagaimana bisa membangun ikatan emosi lebih baik dengan konsumen? Siapa target pembeli Anda? Apa yang menarik bagi mereka?

Pikirkan tentang materi. Dengan basis konsumen yang semakin canggih, khususnya yang berkaitan dengan masalah lingkungan, akan sebuah daur ulang paket baju produk terbaik? Atau mungkin karton putih, dengan tampilan bersih klinis, bekerja lebih baik?

Pastikan produk Anda terlindungi dengan baik. Akan produk Anda tetap utuh ketika kemasan dijatuhkan? Produk yang rusak bisa mahal untuk menggantinya dan memberi kesan buruk pada citra perusahaan Anda.

Ciptakan design yang bagus. Tidak membebani dengan pesan. Tidak over. Tidak bombastis. Tentu saja kata-kata harus jelas dan bersih.

Mematuhi semua persyaratan hukum.  Terutama jika Anda berencana untuk mengekspor, ingatlah peraturan dan peundangan serta persyaratan negara Tujuan.

Jangan hanya pilih yang termurah. Yang penting Anda tahu berapa banyak orang akan menyukainya. Setelah menyukainya pastikan mereka membelinya. Dan bagian terbesar dari keputusan pembelian mereka akan didasarkan pada apa yang mereka lihat. Jangan harga murah mengacaukan proses ini. Khususnya bila kemasan merepresentasikan nilai BRAND anda.

  1. PACKAGING HARUS PUNYA 3S-POWER

Di rak dalam satu kategori, produk kita diadu langsung secara head-to-head dengan produk saingan. Kalau mau menarik minat calon konsumen maka sebuah packaging harus memiliki 3S Power.

S-Power pertama adalah STOPPING POWER. Dimana packaging harus memiliki kekuatan daya tarik untuk membuat calon konsumen menghentikan langkahnya untuk ‘mencomot’ kemasan produk kita.

S-Power kedua adalah STRIKING POWER. Setelah berada ditangan calon konsumen maka kemasan harus memiliki daya kejut melalui ‘little surprises’ yang di rancang untuk memikat calon konsumen.

S-Power ketiga adalah STICKING POWER. Ketika calon konsumen meletakkan kembali kemasan kita dan melangkah pergi packaging harus memiliki DAYA LEKAT di benak calon konsumen sehingga sulit melupakannya.

Selamat menciptakan ‘The-Silent-Salesman’

#‎10designer100packaging