Saya ingin bertanya kepada Anda: Perlukah UKM membangun brand? Saya yakin Anda pasti menjawab, “Ya, tentu saja perlu!”. Itu adalah pertanyaan klasik. Padahal, kadang-kadang yang menjawab tidak paham apa itu brand.
Harus diakui, mayoritas pelaku UKM terjangkit penyakit MENIRU. Misalnya, jikalau ditanya apa itu “brand”, mayoritas UKM akan menjawab sambil nyengir, “Gak tahu, pak. Maklum UKM”. Saya hanya bisa tepuk jidat kalau begini. Oooo, jadi kalau UKM boleh bodoh? Begitu?
Saya sering menemukan salah persepsi tentang brand dari para pelaku UKM. Mereka sering rancu antara pengertian brand dengan logo dan juga merek. Malah, banyak juga UKM yang yang rancu antara brand dan produk, itu kan jauh sekali.
Kesalahan pertama “Branding adalah iklan”. Ini adalah jawaban yang paling sering diutarakan oleh UKM saat ditanya tentang brand. Kesalahan kedua adalah “Branding adalah slogan atau tagline”. Kesalahan ketiga “Branding adalah logo”. Kesalahan keempat “Branding adalah merek”. Kesalahan kelima “Branding adalah packaging”. Kesalahan keenam “Branding adalah promosi, diskon, bonus, atau hadiah”.
Kesalahan ketujuh “Branding adalah pameran atau bazzar”. Kesalahan kedelapan “Branding adalah billboard”. Kesalahan kesembilan “Branding adalah pemilik perusahaan”. Kesalahan kesepuluh “Branding adalah display”.
Jadi, brand itu apa? Menurut saya, “Brand adalah ikatan emosi antara konsumen dan produk atau servis”. Brand sangat ditentukan oleh pengalaman pertama konsumen dengan produk atau servis . Jika pengalaman pertama yang didapatkan oleh pelanggan yang positif, maka brand Anda menaiki tangga menuju “Brand Heaven”. Jika pengalaman pertama yang didapatkan oleh pelanggan adalah pengalaman yang negatif, maka Brand anda menuruni tangga menuju “Brand Hell”.
Untuk menghemat biaya iklan, fokuslah pada keunikan produk. Rencanakan pengalaman pertama supaya produk dan layanan Anda meninggalkan kesan baik pada konsumen.
Cara Membangun Brand
Tahun 1969, pertama kali saya belajar brand, guru saya bilang bahwa brand yang baik itu harus memenuhi 3 hal. Pertama adalah Physical, kedua adalah Character, dan ketiga adalah Style.
Teori ‘kuno’ tentang itu sampai sekarang ternyata masih valid. Setelah saya praktekkan bertahun-tahun lewat desain packaging (red – kemasan) dan iklan, akhirnya saya menemukan penguatan atas teori tersebut. Adalah Jaques Siguela, tokoh periklanan dari Perancis yang berani menantang dunia periklanan Amerika di Madison Square Garden.
Dia mengatakan bahwa cara yang paling cepat dalam membangun brand adalah menggunakan “Star strategy”, yakni menggunakan selebriti atau artis. Bukan sembarang artis, tetapi artis yang memiliki personaliti yang sama dengan brand yang akan kita bangun.
Namun, menurut Siguela, yang membangun brand dengan cepat belum tentu langgeng. Dia lebih memilih cara lambat tapi kokoh dalam membangun “Personality Brand”. Dan ternyata yang dia maksud membangun “Personality Brand”adalah membangun Physical, Character dan Style dari brand. Binggo!.
Ternyata yang dia maksudkan tentang “Personality Brand” sudah saya praktekkan sejak tahun 1969. Saya berterima kasih kepada Mr.Asaf, guru brand saya dari Pakistan.
“Ideas is like spermatozoid. Once launch will be millions. But only one become a baby that become a person with personality”. Itu yang guru saya katakan tahun 1969 tentang ide. Lahirkan jutaan idea, kelak akan tersaring menjadi satu saja yang punya PERSONALITY. Dan ketika tahun 2004 saya membangun Personal Brand SBY-JK, saya juga menggunakan teori kuno tersebut. Dan itu berhasil.
Saya akan mencontohkan sedikit.
Physical. Secara fisik, publik harus bisa membayangan sosok brand yang akan kita bangun. Laki-laki yang sedang kita “bangun” itu adalah laki-laki yang gagah atau laki-laki yang atletis?
Character. Misalnya, brand laki-laki gagah itu punya karakter ksatria atau karakter korban/victim? Berjiwa pahlawan atau tersandera?
Style. Misalnya, laki-laki gagah yang berjiwa ksatria itu punya gaya klasik atau modern? Dia memakai baju batik atau jeans?
Marlboro itu awalnya rokok untuk perempuan. Slim dengan filter warna pink. Ketika Marlboro diubah untuk pria, tim branding mengubah brandpersonality – nya juga.
Physic: tembakau Virginia.
Character: macho gregarius.
Style: cowboy.
Maka, kita bisa melihat bahwa iklan-iklan tentang Marlboro didominasi pria cowboy yang sedang menunggang kuda.
Demikian sekilas cara membangun brand lewat strategi Personality yang ‘kuno’. Semoga bermanfaat.