DISRUPTION IS DEAD?

Tersentak saya membaca salah satu topik yang diangkat mas @yuswohady di ebooknya Marketing Outlook 2023 yg berjudul “MELESAT DI TAHUN GELAP”.

Lha wong saya selaku Praktisi disruption sejak thn 1981 lagi getol-getolnya menyarankan alumni dan follower saya untuk siap-siap menghadapi tahun ‘resesi’ 2023 dengan Strategi “Substitusi yang mendisrupsi”

Ijin saya kutip seluruh paragraf yah :

#4 DISRUPTION IS DEAD?

Tren “bakar duit” di industri startup perlahan mulai berakhir. Berbagai layanan seperti gojek, Tokopedia, dan sebagainya mulai bergerak menuju profit, salah satunya dengan cara menerapkan berbagai fee dalam layanannya.

Hal ini berdampak pada semakin mahalnya harga layanan pada konsumen. Sehingga, beberapa konsumen kini mulai Kembali pada layanan konvensional.

Beberapa startup juga gagal memvalidasi model bisnis mereka, sehingga juga berdampak pada kelangsungan bisnis mereka. Badai PHK pun menerpa startup-startup yang digaungkan telah mendisrupsi pasar.

Dari beberapa fenomena ini, anggapan disrupsi yang digaungkan seakan gagal seiring berhentinya “bakar duit” dan dorongan untuk segera mencari profit. Hal ini menyebabkan semakin tipisnya diferensiasi khususnya model bisnis dengan pemain konvensional yang telah diidsrupsi.

Oh ternyata yang DEAD itu trend BAKAR DUITNYA. Bukan Disruptionnya. Karena bakar duit tidak sama dengan disruption meskipun para pelaku disruption startup rata rata melakukan BAKAR DUIT.

Ditahun 2023 strategic DISRUPTION justru semakin relevan. Apalagi terkait dengan Brand.

BRAND DISRUPTION itu tujuannya Monopolistic Competition. Keluar dari Red Ocean masuk ke Blue Ocean.

Oh ya saya siap berdebat dengan mas Siwo tentang hal ini. Saya tunggu jawaban mas Siwo.

Follow 👉🏿 @yuswohady
Follow 👉🏿 @subiakto
Follow 👉🏿 @dwitasoewarno

#brand
#bisnis
#nobrandnobisnis
#budiismanofficial
#subiakto
#bisabikinbrand
#dewaekaprayoga
#tribespakbi