Pada dasarnya sebuah negara adalah sebuah brand, karena pastinya sebuah negara memiliki nama ditambah makna. Proses branding untuk sebuah negara atau Pak Bi bilang country branding singkatnya adalah suatu ikatan emosi sebuah negara dengan rakyatnya dan penduduk dunia lainnya yang intinya melakukan positioning.
Modal utama melakukan country branding adalah aset dari negara itu sendiri, baik itu orang-orangnya, budayanya, keindahan alamnya, sumber daya alamnya, kemajuan teknologinya, dan masih banyak aset lainnya.
Internal country branding menjadi jatidiri bangsa dan eksternalnya menjadi destinasi bagi bangsa lain untuk berbisnis, bekerja atau berkunjung. Contohnya country branding Malaysia yang menggunakan slogan yang sekaligus statement of positioning “Malaysia, Truly Asia”.
Kebetulan Pak Bi kenal dengan pencipta country branding Malaysia yaitu teman beliau sendiri Mr. Austeen Zecha. Pak Bi mendengar sendiri penjelasan dari beliau tentang statement of positioning yang ia gunakan dalam mem-branding Malaysia.
Austeen bilang bahwa ia membangun kampanye country branding Malaysia berbasis pada aset manusia. Penduduk Malaysia terdiri dari 3 ras besar Asia, yaitu Tiongkok, India, dan Melayu. Aset tersebutlah yang diangkat menjadi tema country branding Malaysia. Ketiga ras tersebut membawa budaya leluhurnya. Maka budaya asli Tiongkok, India, dan Melayu pun diboyong ke Malaysia.
Singkatnya Malaysia mengandalkan aset manusia sebagai modal utama country branding-nya. Indonesia memiliki banyak aset potensial untuk dijadikan lokomotif dalam country branding, seperti garis pantai, budaya, kuliner, dan masih banyak lagi. Tinggal ditentukan saja aset mana yang paling relevan dalam positioning yang akan menjadi tema country branding dari Indonesia.