Subiakto Membranding UMKM Agar Siap Berdikari

20150403_181454

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini yang menjadi salah satu pilar penggerak ekonomi rakyat terbukti mampu mewujudkan semangat berdikari dan kemandirian rakyat. Pelaku usaha secara nyata telah menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dan terus menggelindingkan ekonomi rakyat memasuki persaingan terbuka. Para pelaku ekonomi rakyat ini perlu penguatan dan pendampingan dari pihak lain. Salah satu pegiat sosial ekonomi, pendamping UMKM yang juga pakar branding, Subiakto Priosoedarsono adalah contoh yang patut diacungi jempol. Kegiatannya paling mutahhir adalah mengenalkan pada UMKM tentang pentingnya pengalaman pertama dalam membangun Brand. Subiakto juga mengenalkan Komunal Brand sebagai salah satu ‘pagar’ bagi brand-brand lokal di daerah untuk menghadapi persaingan global dan memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) awal 2016 nanti.

Keberpihakan Subiakto terhadap brand dan produk lokal sejak awal karirnya mendasari langkah dirinya melakukan sharing Branding untuk pelaku UKM di seluruh Indonesia. Dengan membentuk manajemen edukasi dengan nama BukanAkademi sejak awal tahun 2014, Subiakto terus menerus tanpa mengenal lelah memberikan pengetahuan mengenai pentingnya BRAND bagi produk lokal agar bisa bersaing di pasar MEA.

“Beberapa tahun lalu saya merasa karena MEA sudah dekat, teman-teman saya pelaku UKM ternyata belum siap, jadi akhirnya saya terjun langsung dengan pengalaman saya, beri teman-teman pembelajaran dan sebagian mengundang saya ke beberapa kota. Intinya, saya mengingatkan bahwa MEA akan diberlakukan, kalau tidak siap, pasti akan penuh kesulitan buat UKM,” jelas Subiakto kepada kabarpolitik.com hari ini (4/11/2015).

Mengutip data yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, pelaku UKM ada 57 Juta, yang 55,5 juta pelaku UKM Mikro yang omsetnya 300 juta dan itu biasanya di kaki lima. Menurutnya, UKM Kecil itu seperti warung, kalau UKM menengah itu bentuknya restoran, ada juga UKM Besar jumlahnya beberapa ratus dan omsetnya di atas 50 Miliar. Kebanyakan, menurut Subiakto, pelaku UKM Besar masih berupa CV atau UD padahal omsetnya sudah besar.

Dalam melakukan upayanya, Subiakto bergerak sendiri, berdasarkan keyakinan perlunya melakukan sesuatu untuk bangsa dan negara. Keahlian membranding digunakan sebagai jurus untuk memperkuat UMKM di seluruh Indonesia.

“Saya sendiri bergerak solo, mengajarkan tentang brand UKM nya. Brand itu mempermudah UKM untuk berbisnis. Kalau sudah ada brand, seperti ikatan cinta, orang tidak akan meninggalkan. Kita ambil contoh, seperti Jogyakarta dengan makanan gudegnya yang khas, walau datang gudeg dari luar negeri tidak akan laku, karena gudeg sudah melekat dengan Yogyakarta,” paparnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Subiakto telah keliling atau diundang ke komunitas-komunitas UKM di Jakarta, Bandung, Bogor, Depok, Semarang, Jogjakarta, Solo, Klaten, Malang, Sidoarjo, Surabaya. Makassar, Manado, Padang, Pekanbaru, Batam, dan akan keliling terus dalam bulan-bulan ke depan.
Menurutnya, ketika berada di daerah, pelaku UKM sering bertanya bagaimana bertahan dari pasar bebas, Subiakto menyarankan seperti permainan sepakbola, pertahanan terbaik adalah menyerang melalui media online.
“Saya usulkan teman-teman UMKM untuk segera melakukan inovasi baru dan juga merambah dunia online, melakukan inovasi dan branding agar semakin maju dan bersaing,” jelasnya.

Kemampuan UMKM dalam bertahan dengan manajemen apa adanya dan dengan semangat gotong royong dan kekeluargaan ini dapat dilihat dari contoh tukang sayur kelililing. Menurut subiakto dari pengalamannya melihat, bahwa tukang sayur mempunyai teritori pasar tertentu. Sentuhan kekeluargaan pada masyarakat yang menjadi pasarnya.

“Tukang sayur tahu betul konsumennya. anaknya berapa, istri dan suaminya siapa, obrolan-obrolan kekeluargaan ketika bertransaksi ini merupakan modal sosial yang besar yang dimiliki oleh pelaku usaha kecil, mikro dan menengah,” tandasnya.

Menurutnya, pelaku UMKM itu walau pun terkadang susah dan tidak mudah untuk mengakses modal seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), namun terbukti mereka amanah dalam mengelola keuangan, dan bahkan juga meminjam kepada lembaga keuangan yang notabene lebih besar bunganya bahkan terkadang sama saja dengan bagi hasil keuntungan perharinya. Subiakto mengaku juga melakukan pembinaan dalam pengelolaan keuangan dan akuntasi kepada pelaku UMKM.

“Soal pengelolaan keuangan di kalangan UKM, Seandainya ada kemudahan KUR, misalnya, biasanya dipisah antara uang pribadi dengan uang pinjaman. Ini perlu pendidikan disiplin akuntasi perlu dibina. Saya juga ada program akuntansi yang sudah jadi, tinggal kita aplikasikan dan menunggu dana untuk pembuatan servernya, karena akan kita jadikan akuntansi online untuk UMKM,” paparnya.

Disamping branding, pengelolaan keuangan yang modern, menurut Subiakto, UMKM juga perlu didorong untuk lebih memahami teknologi dan kemajuan informasi. Tidak dipungkiri bahwa teknologi begitu mudah dipelajari saat ini bahkan oleh kalangan masyarakat biasa. Terbukti aplikasi ojek dan jenis-jenis toko online mudah diakses oleh masyarakat. Dengan mendekatkan UMKM pada teknologi ini, adalah kekuatan baru bagi UMKM untuk semakin maju dan mandiri dan lebih berdaya saing hadapi tantangan ke depan.

“Ada ketidak percayaan pemerintah terhadap teman UMKM apakah masyarakat mampu menggunakan teknologi seperti halnya saat ini Android, Apple, Blackberry, Windowsphone. Padahal aplikasi online buat UMKM masih perlu, dan dengan adanya Go-Jek ini sebenarnya sarana untuk meyakinkan pada pemerintah bahwa tukang Ojek pun juga bisa menggunakan teknologi smartphone. Jadi sebenarnya penggunaan teknologi untuk bersaing memasuki MEA adalah hal yang penting, seperti orang datang ke warung dan tinggal menyentuh pesanan di warungnya seperti daftar menu dan order, dan akuntansinya sudah modern. Modernisasi warteg, biasanya orang datang ke warteg juga nunjuk-nunjuk di etalase kaca, maka nanti kalau teknologi canggih, kaca yang ditunjuk adalah kaca LCD yang telah tersedia menu digital beserta harganya,” pungkasnya.

Sumber: kabarpolitik.com