“SAYA LEBIH LAMA JADI COO DARIPADA JADI CEO”

BAYAK YANG MENGIRA SAYA PERNAH JADI KARYAWAN BIRO IKLAN ASING.

Tidak.

Saya tidak pernah bekerja di biro iklan asing.

Biro iklan asing hanya membuat saya menjadi manusia cubical. Keahlian saya hanya dalam cubical saya.

Sejak mengirimkan biro iklan sendiri bersama teman tahun 1979 jabatan saya adalah COO – Chief Operating Officer sampai sekarang.

Saya baru menjadi CEO – Chief Executive Officer sejak saya mendirikan perusahaan saya sendiri di tahun 1989.

Seperti kita ketahui tupoksi CEO adalah sangat strategis yakni memperbesar asset perusahaan tangible maupun intangible.

Sementara tugas COO adalah MAKE THINGS HAPPENED. Mewujudkan rencana strategis CEO memperbesar asset tangible dan intangible.

Merangkap jabatan dong pak Bi?

Saya menyebutnya “Hands On CEO”. CEO yang turun tangan langsung melakukan Organizing dan Actuating. Gak cuma planning dan controling dibelakang meja.

Pengalaman saya Rangkap jabatan CEO yg COO ini membuat waktu saya jadi jauh lebih efficien.

Mungkin saya terinspirasi kerjaan DOP-Director. Seorang sutradara yg langsung mengambil gambar pegang camera.

Saya kira pak Bi adalah praktisi Professional yang kerja di perusahaan orang.

Oh tidak.

Makanya nama saya tidak ditemukan di Creative Club maupun Art Directors Club. Tetapi terdaftar sebagai pemilik perusahaan di Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia – P3I.

Sekian dulu ya.

Kapan kapan saya cerita lagi tentang pengalaman saya di dunia periklanan branding.

Mungkin saya akan bikin podcast nya.

Setuju? Yang setuju komen ya

Follow 👉🏿 @subiakto
Follow 👉🏿 @subiakto
Follow 👉🏿 @subiakto

#brand
#bisnis
#nobrandnobisnis
#budiismanofficial
#subiakto
#bisabikinbrand
#dewaekaprayoga

#tribespakbi