Diambil dari Instagram alumni BBB mas @oksand_editorpenulis
GLEK! GLEK! GLEK!
Sabtu malam di kedai Glek daerah Jakarta Selatan, saya melihat ibu-ibu pengamen bersama anaknya. Ibu itu menenteng speaker, memegang mikrofon. Mampir utk mengamen, Ares (panggilan CEO Glek) menghampiri anak ibu itu. Entah dialog apa yang terjadi, saya tidak mendengarnya langsung. Tapi CEO berbadan lebih besar dari saya itu mengajak anak si ibu ke karyawan Glek dan memilih menu. Tak lama kemudian, ibu & anak itu lalu pergi sambil mengucapkan terima kasih dg dua gelas Glek di tangan sbg penghilang dahaga malam itu.
Sejujurnya, saya baru tahu ada minuman ini. Ya ketika diundang ke RumahUKM akhir Juli oleh Pak Bi itu. Romi Jabran yg mengenalkan, sesama alumni Bisa Bikin Brand jg.
Sebelumnya, yang namanya produk minuman, tidak pernah mampir ke dalam benak saya. Tidak masuk evoke list. Karena sudah begitu banyak produsen bertebaran. Ada yang core-nya di kopi, teh, susu, atau kombinasi ketiganya. Dan rata-rata sama saja rasanya. “Masih di sekitar-sekitar situlah,” kata lidah saya. Urusan pengecapan, saya memang bukan Pakar rasa
Lalu saya membaca tulisan di badan gelas, yang jadi tagline produk ini: orang baik pilih Glek. Kata Pak Bi, guru saya urusan brand dan branding, “Brand itu membuat konsumennya menjadi siapa?” Maka saya langsung tahu apa tujuan tulisan di badan gelas ini, yaitu untuk menggerakkan orang-orang yang merasa dirinya baik, mengonsumsi minuman ini.
Karena Brand itu persepsi, maka Glek membuat peminumnya merasa jadi orang baik, merasa jadi bagian orang-orang baik, dan merasa telah berbuat baik. Aresdi Mahdi, CEO Glek, mengatakan kalau di setiap gelas Glek ada sedekah untuk yang membutuhkan.
Dari sini saya menyadari, bahwa sebenarnya Glek tidak sedang berjualan minuman. Glek itu sedang berusaha menggerakkan orang-orang baik, mengumpulkan orang-orang baik, untuk terus berbuat kebaikan, lewat minuman aneka rasa ini.
Setelah saya merasa jadi orang baik, tidak ingin predikat dan persepsi itu hilang, maka kebaikan harus ditularkan, value dari segelas minuman harus disebarkan.
Seteguk saja… glek!
Dahaga hilang.
Kebaikan datang.
Sabtu malam di kedai Glek daerah Jakarta Selatan, saya melihat ibu-ibu pengamen bersama anaknya. Ibu itu menenteng speaker, memegang mikrofon. Mampir utk mengamen, Ares (panggilan CEO Glek) menghampiri anak ibu itu. Entah dialog apa yang terjadi, saya tidak mendengarnya langsung. Tapi CEO berbadan lebih besar dari saya itu mengajak anak si ibu ke karyawan Glek dan memilih menu. Tak lama kemudian, ibu & anak itu lalu pergi sambil mengucapkan terima kasih dg dua gelas Glek di tangan sbg penghilang dahaga malam itu.
Sejujurnya, saya baru tahu ada minuman ini. Ya ketika diundang ke RumahUKM akhir Juli oleh Pak Bi itu. Romi Jabran yg mengenalkan, sesama alumni Bisa Bikin Brand jg.
Sebelumnya, yang namanya produk minuman, tidak pernah mampir ke dalam benak saya. Tidak masuk evoke list. Karena sudah begitu banyak produsen bertebaran. Ada yang core-nya di kopi, teh, susu, atau kombinasi ketiganya. Dan rata-rata sama saja rasanya. “Masih di sekitar-sekitar situlah,” kata lidah saya. Urusan pengecapan, saya memang bukan Pakar rasa
Lalu saya membaca tulisan di badan gelas, yang jadi tagline produk ini: orang baik pilih Glek. Kata Pak Bi, guru saya urusan brand dan branding, “Brand itu membuat konsumennya menjadi siapa?” Maka saya langsung tahu apa tujuan tulisan di badan gelas ini, yaitu untuk menggerakkan orang-orang yang merasa dirinya baik, mengonsumsi minuman ini.
Karena Brand itu persepsi, maka Glek membuat peminumnya merasa jadi orang baik, merasa jadi bagian orang-orang baik, dan merasa telah berbuat baik. Aresdi Mahdi, CEO Glek, mengatakan kalau di setiap gelas Glek ada sedekah untuk yang membutuhkan.
Dari sini saya menyadari, bahwa sebenarnya Glek tidak sedang berjualan minuman. Glek itu sedang berusaha menggerakkan orang-orang baik, mengumpulkan orang-orang baik, untuk terus berbuat kebaikan, lewat minuman aneka rasa ini.
Setelah saya merasa jadi orang baik, tidak ingin predikat dan persepsi itu hilang, maka kebaikan harus ditularkan, value dari segelas minuman harus disebarkan.
Seteguk saja… glek!
Dahaga hilang.
Kebaikan datang.
Penulis: @oksand_editorpenulis